Selain
ribuan jamaah yang memadati kediaman almarhum Ustadz Jefry Al Buchori
di Bukit Mas, Rempoa, Tangerang Selatan, sejumlah pedagang juga tak mau
melewatkan peluang rezeki lewat tahlilan 40 hari tersebut.
Di antara sejumlah pedagang, Mahfudz (30) yang mengasong cakram padat
(cd) yang berisi lagu-lagu ustadz gaul tersebut mengaku tahlilan uje
merupakan momen yang ditunggu-tunggu untuk memperoleh penghasilan lebih
besar dari hari biasanya.
“Kita kan ngeliat momennya,
banyak jamaah yang datang karena Uje adalah
public figure
sebagai seorang ulama yang dicintai berbagai lapisan masyarakat,”
katanya di pelataran Kediaman Almarhum Ustadz Uje di Bukit Mas, Rempoa,
Tangerang Selatan, Senin.
Mahfudz biasanya menjual cakram padat cd sejarah islam, rasul itu
memperoleh penghasilan yang lebih ketika berjualan pada tahlilan 40 hari
Uje.
“Ini aja, saya ngasong dari jam 2 udah tinggal lima keping dari 100 keping. Cuma itungan jam,” katanya.
Di hari-hari biasanya, ia biasanya, mendapatkan Rp100 ribu sehari,
namun ketika di tahlilan Almarhum Uje dia sudah mengantongi Rp500 ribu.
Dia menjual satu keping cd senilai Rp10 rupiah, lebih mahal dua kali
lipat dari cd yang ia jual sehari-hari yakni Rp5 ribu per keping.
“Kalau di pangkalan kan ada uang keamanan dan kebersihannya. Ya
mudah-mudahan semua dagangan bukan cuma saya aja pada laku, bisa
mengambil keberkahan dari almarhum,” katanya.
Demikian Amir (55) yang mengatakan tahlilan 40 hari merupakan momen yang ditunggu untuk berjualan.
“Dari dulu udah ‘ngudag’ (ngejar) 40 hari ini, udah dengar-dengar dari pedagang lain,” tuturnya.
Amir yang sehari-hari berjualan kacamata, kali ini dia menjual
pernak-pernik yang berkaitan dengan Alm. Uje, seperti kalender, foto,
gantungan kunci, buku, tasbih dan cd.
“Kita harapannya sih dapat duit, tapi ikut sekalian tahlilan biar dapat pahala juga,” katanya.
Azis (30) juga mengaku penghasilannya melonjak dua hingga tiga kali
lipat ketika berjualan di momen-momen yang berhubungan dengan Uje.
Dia menjual foto Uje dengan berbagai ukuran dan kualitas. Dua foto
ukuran lebih kecil dibanderol Rp5 ribu untuk, sementara untuk satu foto
menggunakan kertas foto asli diharagai Rp10 ribu.
“Ini foto saya ambil dari Internet, terus di-
print,” katanya.
Dia bisa mengantongi lebih dari Rp1 juta rupiah dengan menjajakan foto Uje dan keluarga kepada para jamaah yang membeludak.
“Biasanya cuma Rp100-Rp200 ribu aja sehari-hari,” katanya.
Dia menuturkan, bukan hanya di sekitar jamaah Uje, barang dagangnya
laku, tetapi di tempat lain seperti pesantren dan pasar malam juga tak
kalah diminati pengunjung.
“Malah lebih ‘greget’ kalau di luaran karena mereka mungkin gak bisa
dateng ke rumahnya Uje dan ingin memiliki fotonya,” katanya.